RAHASIA KESUKSESAN TEH BOTOL SOSRO
Teh Botol Sosro
adalah merek teh
beraroma melati
yang dipasarkan oleh PT.
Sinar Sosro. Teh Botol Sosro sangat populer di Indonesia
dan kini juga dijual di berbagai negara di luar Indonesia. Menurut
hasil penelitian majalah SWA,
Teh Botol bahkan lebih digemari masyarakat Indonesia daripada
Coca-Cola.
Teh
Botol Sosro pertama kali dijual pada tahun 1970
dalam kemasan botol
dan merupakan produk teh pertama yang dijual dalam botol di
Indonesia. Bentuk botol yang dikenal saat ini mulai digunakan pada
tahun 1974. Sejak
tahun 1990-an Teh
Botol Sosro juga dikemas dalam kotak 200 ml dan 250 ml.
Coca-Cola dan Pepsi adalah segelintir perusahaan
asing yang produk minumannya familiar di kalangan masyarakat
Indonesia. Saking hebatnya brand image yang dibangun sehingga
seolah-olah produk mereka telah manjadi bagian dari hidup bangsa
kita. Dengan leluasa mereka menjadikan indonesia dengan segala
potensinya menjadi pasar empuk bagi produk yang dihasilkan. Tidak
banyak produk indonesia yang begitu membanggakan dan mampu
"menghajar" kekuatan kapitalis internasional itu. Salah
satu produk membanggakan itu adalah Teh Botol Sosro.
Kesuksesesan sosro dalam merebut hati konsumen
Indonesia sesungguhnya dilihat dari aspek pemasaran cukup unik.
Sosro,dalam beberapa hal, telah mengabaikan hukum-hukum umum yang
terdapat di ilmu pemasaran. Misalnya saja mengenai perlunya riset
pasar sebelum meluncurkan produk. Konon kabarnya sebelum sosro hadir,
ada sebuah perusahaan asing yang ingin mengeluarkan produk teh dalam
botol sepert yang dilakukan sosro saat ini. Kala itu sang perusahaan
menyewa jasa sebuah biro riset pemasaran untuk menguji kelayakan dan
prospek produk tersebut di Indonesia. Setelah meneliti dan mengamati
kebiasaan minum teh di masyarakat sang biro pun menyimpulkan bahwa
produk ini tidak memiliki prospek bagus untuk dipasarkan di
Indonesia. Biro itu beralasan bahwa budaya minum teh pada bangsa
Indonesia umumnya dilakukan pagi hari dalam cangkir dan disajikan
hangat sehingga kehadiran teh dalam kemasan botol justru akan
dianggap sebuah keanehan.
Sosrodjojo, pendiri perusahaan sosro, justru
berpikir sebaliknya. Awalnya ide kemasan botol berasal dari
pengalaman tes cicip (on place test) di pasar-pasar tradisional
terhadap teh tubruk cap botol. Pada demonstrasi pertama teh langsung
diseduh di tempat dan disajikan pada calon konsumen yang menyaksikan.
Namun cara tersebut memakan waktu lama sehingga calon konsumen
cenderung meninggalkan tempat. Kemudian pada uji berikutnya teh telah
diseduh dari pabrik dan kemudian dimasukkan ke dalam tong-tong dan
dibawa dengan mobil. Akan tetapu cara ini ternyata membuat banyak teh
tumpah selama perjalanan karena saat itu struktur jalan belum sebaik
sekarang. Akhirnya sosro mencoba untuk memasukkannya pada
kemasan-kemasan botol limun agar mudah dibawa. Beranglkat dari itu
merekaberpikir bahwa penggunaan kemasan botol adalah alternatif yang
paling praktis dalam menghadirkan kenikmatan teh langsung
ke konsumen.
Dari awal produk ini ditargetkan untuk konsumen
yang sering melakukan perjalanan seperti supir dan pejalan kaki sosro
. Sosro menyadari bahwa segmen konsumen ini memiliki keinginan
hadirnya minuman yang dapat menghilangkan dahaga di tengah kelelahan
dan kondisi panas selama perjalanan. Atribut kepuasan ini dicoba
untuk dipenuhi dengan menghadirkan minuman teh dalam kemasan botol
yang praktis dan tersedia di kios-kios sepanjang jalan. Untuk
menambah nilai kepuasan teh botol ini disajikan dingin dengan
menyediakan boks-boks es pada titik-titik penjualannya (penggunaan
kulkas pada saat itu belum lazim).
Tentu saja merubah kebiasaan tak semudah membalik
telapak tangan . Pada masa-masa awal peluncurannya, teh botol sosro
tidak banyak dilirik oleh konsumen. Mereka justru menganggap aneh
produk ini karena kemasan botol dan penyajian dinginnya. Namun sosro
tidak patah arang. Perusahaan ini terus mengedukasi pasarnya melalui
iklan-iklan di berbagai media dan promosi-promosi on the spot.
Perlahan tapi pasti produk teh botol sosro mulai mendapatkan tempat
di hati konsumen Indonesia. Terlebih ketika slogan "Apapun,
minumnya teh botol sosro"
dimunculkan. Slogan ini tidak saja mengguncang sesama produk teh
namun juga produk minuman secara keseluruhan.
Keunikan kedua dari metode pemasaran teh botol
sosro adalah pada kekakuan dari produk itu sendiri. Sesuai teori
pemasaran, konsumen secara alami mengalami perubahan atribut kepuasan
seiring berjalannya waktu. Perubahan itu dapat disebabkan karena gaya
hidup, kondisi ekonomi, atau kecerdasan yang maik meningkat. Seiring
perubahan pasar itu harusnya produk yang dipasarkan harus
menyesuaikan dan mengikuti tren yang ada. Namun yang terjadi pada
produk teh inovatif ini justru kebalikan. Semenjak diluncurkan pada
tahun 1970, produk teh botol sosro baik rasa, kemasan logo maupun
penampilan tidak mengalami perubahan sama sekali. Bahkan ketika
perusahaan multinational Pepsi dan Coca cola masuk melalui produk teh
Tekita dan Frestea, Sosro tetap tak bergeming. Alih-alih merubah
produknya, dengan cerdas sosro justru melakukan counter branding
dengan mengeluarkan produk S-tee dengan volue yang lebih besar.
Strategi ini ternyata lebih tepat, kedua perusahaan multinasional itu
pun tak berhasil berbuat banyak untuk merebut hati konsumen
Indonesia.
Sekelumit kisah sukses sosro itu memberi pelajaran
pada kita betapa pemasaran tidak hanya sekedar ilmu yang eksak.
Faktor knowledge terkadang hanya memberi kontribusi kecil pada
kesuksesan produk kita ketika dipasarkan. Faktor sisanya adalah seni
dan intuisi yang dapat memandu para pemasar mencapai hasil yang di
luar dugaan. Gabungan antara ketiganya lah yang dapat menghasilkan
seorang pemasar yang jenius dan berpikir di luar kebiasaan yang Anda.
Mungkin tidak banyak orang seperti itu di dunia ini, tapi mungkin
juga dari jumlah yang sedikit itu ternyata Anda lah salah satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar